Awalnya info ini berawal dari facebook. Sampai sekarang saya belum bisa memastikan apa berita ini benar ato tidak. Mohon bantuannya bagi kawan2 di Cilacap dan sekitarnya. Terutama pihak Pemerintah Daerah. Namanya Aziz Adi Suyono. Dia termasuk dalam tim yang meraih emas olimpiade Fisika tingkat SLTP. Tapi sekarang dia 'hanya' menjadi tukang sol sepatu. Padahal anak ini adalah aset bangsa.
Berikut beritanya kala itu
Penampilan kaos tipis yang bagian lehernya sudah sedikit melar dipadu dengan celana panjang bahan cokelat yang warnanya sudah mulai memudar sudah menggambarkan kesederhanaannya.
Penampilan kaos tipis yang bagian lehernya sudah sedikit melar dipadu dengan celana panjang bahan cokelat yang warnanya sudah mulai memudar sudah menggambarkan kesederhanaannya. Demikian juga dengan tutur katanya yang polos.
Meski begitu, Aziz Adi Suyono, nama lengkap bocah 13 tahun peraih medali emas Olimpiade Sains Nasional Bidang Fisika 2003, termasuk yang mampu membuktikan bahwa prestasi dapat bersemi dimana saja.
Aziz yang saat ini duduk di bangku kelas dua SMP Negeri 9 Cilacap, Desa Jojok, Kelurahan Kota Waru, Kabupaten Cilacap, boleh dibilang berasal dari keluarga sederhana. Sejak berumur 1,5 tahun, dia telah ditinggal 'pergi' untuk selamanya ayah kandungnya yang seorang marinir berpangkat Kopral Satu. Kini, ayah tirinya terpaksa merantau ke Malaysia untuk menghidupi dia, ibu, dan seorang adiknya.
Setiap hari untuk pergi ke sekolah, Aziz harus berjalan kaki sejauh tiga kilometer melalui jalan yang becek dan berlumpur. Terkadang, kalau air Sungai Bengawan Donan sedang meluap, lumpur itu masih akan ditemuinya di ruang kelas. Sekolahnya memang sering kebanjiran karena berada di tepi sungai.
Jangan bayangkan sejumlah fasilitas seperti yang mudah ditemui di sekolah-sekolah di ibukota, SMPN 9, menurut Aziz, tidak memiliki laboratorium. Kalaupun terpaksa praktikum, siswa sekolahnya harus menumpang ke laboratorium sekolah lain.
Tetapi kondisi itu tidak mematahkan semangat Aziz untuk terus belajar dan terus mencintai pelajaran Fisika yang diakunya menjadi mata pelajaran favorit. "Saya ingin terus belajar sampai jadi profesor," kata pemegang peringkat pertama di sekolahnya itu.
Setiap hari, Aziz mengaku menghabiskan 4 jam di rumah untuk belajar dan melahap soal-soal latihan. Ada atau tidak ada Pekerjaan Rumah yang dibebankan oleh guru di sekolah.
Ketekunan dan kecerdasan Aziz membuatnya terpilih ikut serta dalam Olimpiade Sains Nasional di Balikpapan, Kalimantan Timur, September 2003 lalu. Hasilnya, dia menjadi yang terbaik dengan maraih medali emas di bidang Fisika diantara 270 siswa tingkat SMPN yang datang dari seluruh Indonesia.
Selanjutnya, Aziz akan ikut memperkuat tim beranggotakan 12 siswa Indonesia dalam Olimpiade Sains Yunior Internasional (IJSO). Ajang kompetisi tingkat SLTP pertama di dunia itu digagas oleh Departemen Pendidikan Nasional dan LIPI, dan akan berlangsung di Jakarta, Desember mendatang.
Aziz yang ditemui di pemusatan tim IJSO, Jl. Bukit Cendana Golf, Komplek Perumahan Lippo Karawaci, Tangerang, Senin lalu, bertekat akan terus berprestasi. Target emas memang sudah dibulatkan di atas pundaknya dan kawan-kawannya meski harus bersaing dengan siswa-siswa dari negara maju.
Secara terpisah, Direktur Pendidikan Lanjutan Pertama (PLP) Departemen Pendidikan Nasional, Hamid Muhammad mengakui bahwa siswa-siswa berprestasi seperti Aziz, seharusnya dapat menjadi aset bangsa yang berharga. Tapi masalahnya, menurut dia, tidak sedikit dari mantan jawara Olimpiade dari Indonesia yang akhirnya 'dibajak' negara lain dengan iming-iming beasiswa dan pekerjaan dengan gaji yang menggiurkan.
Tetapi untuk Aziz, Hamid sepertinya tidak perlu khawatir. Anak laki-laki berkulit sawo matang, berambut ikal, dan bertubuh kurus ini mengaku tidak mau bekerja di luar Indonesia. Tekatnya sederhana, dia ingin berada dekat dan mengurus ibunda tercintanya sampai hari tua. "Saya ingin membalas budi. Ibulah yang mengurus saya seutuhnya sejak ayah tidak ada," kata sang juara ini.
Satu hal yang telah pasti, Aziz boleh berbangga karena dengan prestasinya di Olimpiade Sains Nasional telah membantu meringankan biaya pendidikan orang tuanya, setidaknya hingga tamat SMP. Bupati Cilacap telah menjanjikannya beasiswa pendidikan. "Dan kalau saya terus berprestasi, misalnya di IJSO ini, saya akan ditanggung sampai kuliah oleh Bapak Bupati," papar Aziz. Terus berprestasi Aziz!
Sumber: Lipi.Go.id